Rabu, 15 Februari 2017

BIOGRAFI DR. KH. SUHARBILLAH

SELAIN GUS Ma'shum, K.H. DR. Suharbillah (Gus Billah) juga termasuk pendekar Nahdlatul Ulama' dan juga sebagai salah satu pendiri PSNU PAGAR NUSA


Melestarikan Tradisi Silat Pesantren

Ia dikenal sebagai kiai dan pendekar pencak silat. Supaya lebih kuat, ilmu bela diri itu harus dilengkapi dengan ilmu batin, berupa tirakat, doa, dan berbagai wirid.
Maraknya fenomena supranatural pada awal 2004 – yang juga ditunjang oleh media massa – rupanya cukup menggelisahkan kalangan ulama pesantren. Bukan hanya karena penggunaan idiom-idiom keagamaan untuk memamerkan kemampuan supranatural, tapi juga kekhawatiran akan ekses negatif yang merusak mentalitas dan akidah umat.

Yang paling gerah tentu saja para kiai, yang kebetulan bersentuhan langsung dengan bidang supranatural – yang dalam bahasa agama disebut ilmu hikmah. Salah seorang di antaranya ialah K.H. Muhammad Suharbillah, pengajar di Pondok Pesantren Sidoresmo, Surabaya, yang juga guru besar pemimpin Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa, yang bernaung di bawah panji-panji Nahdlatul Ulama.
Menurut pendekar pencak silat yang bertubuh tegap, tinggi besar, dan bercambang lebat itu, maraknya bisnis ilmu hikmah di zaman modern sekarang ini tidak terlepas dari budaya serba instan di masyarakat. “Sekarang ini masyarakat kan maunya serba praktis dan instan. Ingin mempunyai kekuatan dan kemampuan, tapi tidak mau belajar dan bersusah payah,” katanya.
Gara-gara kecenderungan itu, kata Kiai Suhar, muncullah orang-orang yang mengaku bisa mentransfer kekuatan gaib, tentu dengan imbalan uang, sehingga seseorang bisa mendadak sakti. Untuk melengkapi daya pikat, mereka menggunakan nama diri aneh-aneh. Ada yang pakai Ki atau Romo, ada pula yang pakai Gus, padahal dia bukan putra seorang kiai. Dalam tradisi pesantren, putra seorang kiai biasanya memang dipanggil Gus.
“Parahnya, ilmu yang disenangi masyarakat biasanya justru yang aneh-aneh dan rada gendheng (agak gila). Apalagi biasanya pembelajarannya sepotong-sepotong. Ini berbahaya. Sebab, pengajaran instan itu biasanya tidak dilengkapi dengan ilmu tauhid dan akhlak, hingga rentan terhadap munculnya kemusyrikan, karena salah niat. Juga karena mengultuskan sesuatu, dan karena kesombongan,” tambahnya.
Lahir di Desa Prambon, Tugu, Trenggalek, Jawa Timur, pada 1948, selepas Pendidikan Guru Agama di kampung halamannya, ia nyantri di Pesantren Kedunglo, Kediri, selama setahun. Kemudian ke Surabaya melanjutkan pendidikan di Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri. Usai sekolah di Surabaya, Suhar kembali ke Kedunglo. Baru satu tahun mondok, ayahnya wafat. Ia pun kemudian pindah ke Surabaya mengikuti abangnya yang menjadi anggota KKO-AL (kini Marinir AL).
Di Surabaya, meski kuliah di IAIN, ia ingin tetap tinggal dan mengaji di pesantren. Maka ia pun memilih Pesantren Sidoresmo – lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Dresmo – untuk nyantri. “Alhamdulillah, kok kerasan sampai sekarang. Bahkan saya masih punya kamar di asrama putra, yang saya tempati sejak pertama kali nyantri,” kenang Kiai Suhar.
Tanpa terasa, sudah 37 tahun Kiai Suhar mengabdi di pesantren yang didirikan oleh Sayid Ali Ashghar, putra Sayid Sulaiman Bethek, Mojoagung, Mojokerto. Bahkan selama 35 tahun ia dipercaya sebagai kepala sekolah. Belakangan ia juga ditugasi sebagai koordinator kepala sekolah di lingkungan Yayasan An-Najiyyah.

Sabung Bebas
Ketika Suhar mulai nyantri, Pesantren Dresmo diasuh oleh K.H. Mas Muhajir, cicit sang pendiri. Dari kiai yang alim dan wara’ itu, Suhar merasa ikut kecipratan berkahnya. “Dulu saya pernah sowan minta ijazah ini-itu tetapi selalun ditolak,” kenang Suharbillah. “Waktu itu beliau cuma bilang, ‘Gampang, sampeyan niku tanggungan kula.’ (Gampang, Anda itu tanggungan saya). Alhamdulillah, hingga kini setiap kali menghadapi masalah berat, saya selalu mengirim surah Al-Fatihah dan bertawasul kepada Allah SWT melalui beliau, dan Allah pun selalu membukakan jalan.”
Mengajar di sekolah, bagi kiai Suhar, yang hingga kini belum berkeluarga, memberi kenikmatan tersendiri. Di samping mengajar, ia juga melatih pramuka. Bahkan di luar kegiatan pesantren, ia pun mengasuh sebuah perguruan pencak silat di kampung halamanya. Ia mengaku, banyak hal bisa didapat dan disumbangkannya melalui pramuka dan pencak silat. Berkat ketekunan mengurus pramuka dan pencak silat, Kwartir Daerah Pramuka Jawa Timur memberangkatkan dia naik haji pada 1994. Dua tahun ia kembali menunaikan ibadah haji atas biaya Gus Dur sebagai penghargaan atas jasa-jasanya mengembangkan Pagar Nusa. Baru pada 2002 ia berhaji atas biaya sendiri. “Pada haji terakhir itu saya ingin benar-benar datang sebagai Suharbillah saja, tanpa embel-embel apa pun.”
Perkenalan Suharbillah dengan dunia pencak silat dimulai sejak ia masih duduk di sekolah dasar. Guru pencak pertamanya ayahnya sendiri, yang memang seorang pendekar. Dan dari sang ayah itulah minat dan bakat pencak silatnya menurun. Bakat itu semakin subur ketika pertama kali ia nyantri di Pesantren Kedunglo. Di pesantren bercorak salaf itu memang sering digelar pertandingan pencak silat sabung bebas.
“Sejak itulah saya semakin mencintai seni bela diri tradisional tersebut. Kebetulan setelah di Surabaya saya juga mengaji di Pesantren Dresmo, yang pengasuhnya seorang kiai pendekar dan pencinta ilmu bela diri,” tuturnya. Sejak dulu Pesantren Dresmo memang dikenal memiliki kelebihan dalam olah kanuragan alias kesaktian. Hingga kini semua kiai dan sesepuh pesantren membuka diri membantu umat, dari konsultasi agama, perkawinan, pindah rumah, sampai masalah-masalah yang berkaitan dengan kanuragan.
Selama mempelajari ilmu pencak silat, Suhar sempat mendapat pengalaman berharga. Dalam Pekan Maulid di Daha, Kediri, pada 1960-an, ia menyaksikan atraksi pencak silat yang jurus-jurusnya unik. Ia langsung tertarik mempelajarinya. Suhar menganggap jurus itu begitu sederhana, sehingga ia mengira dalam empat atau lima hari sudah bisa menguasainya. Ia lalu berguru jurus yang disebut Cikaret itu kepada Pak Markaban, di Jagalan, Kediri. Belakangan baru disadari, ternyata untuk menguasai satu jurus saja ia harus berlatih selama tiga bulan. Bahkan untuk gerakan bantingan, ia menghabiskan waktu dua tahun lebih.
Sejak zaman Walisanga, pencak silat (lengkap dengan ilmu hikmahnya) memang merupakan tradisi pesantren. Para kiai tempo dulu rata-rata memang pendekar tangguh. Sebelum babat alas (merintis) pesantren, mereka membekali diri dengan ilmu bela diri, baik fisik maupun batin, antara lain berguru ke beberapa pesantren di Banten, Dresmo Surabaya, atau ke Buntet Cirebon. “Ilmu agama dan ilmu bela diri merupakan pasangan bekal dakwah yang diajarkan sejak zaman Walisanga,” tutur Kiai Suharbillah. Tradisi itu menguat ketika para kiai dan santrinya harus menghadapi penjajah, baik di zaman Belanda maupun awal kemerdekaan. Begitu pula di tahun 1960-an, ketika Partai Komunis Indonesia mendominasi kehidupan politik dan secara tak langsung meminggirkan peran kaum muslimin.

Pagar Bangsa 
Pada 1970-an, kesadaran akan pentingnya seni bela diri tumbuh kembali, dan muncul gagasan untuk membentuk sebuah wadah untuk memelihara dan mengembangkannya. Ketika itulah, dipelopori oleh Gus Maksum dari Pesantren Lirboyo, beberapa kiai berkumpul membentuk sebuah organisasi bernama Perkasa (Pertahanan Kalimat Syahadat). Sekitar 15 tahun kemudian, Gus Maksum, Kiai Suhar, dan beberapa pendekar lainnya bertemu kembali. Ketika itulah muncul nama baru, yaitu Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama. Belakangan, atas usul alm. K.H. Anas Thohir, nama organisasi disempurnakan menjadi Pagar Nusa (pagar NU dan bangsa), sehingga namanya menjadi IPS NU Pagar Nusa.
Hikmah berdirinya Pagar Nusa baru dirasakan oleh Kiai Suhar pada 1998, sekitar 13 tahun kemudian, terutama ketika terjadi kasus pembunuhan terhadap beberapa kiai NU oleh segerombolan orang bertopeng seperti layaknya ninja. Persis sebagaimana dipesankan oleh para kiai sepuh ketika mendirikan Pagar Nusa. Ketika itu mereka berpesan, “Suk emben, Ngger, bakal ana gegeran neng pesantren (Suatu saat nanti, Nak, akan ada huru-hara di dunia pesantren).”
Untuk belajar dan mempraktikkan bela diri pencak silat, kalangan pesantren sebelumnya lazim melalukan tirakat seperti puasa dan membaca wirid dengan dosis tertentu untuk mendukung doa mohon perlindungan, pertolongan, dan kekuatan lahir batin kepada Allah SWT. “Dalam keyakinan kami, bentuk pertolongan dan kekuatannya seperti apa, itu terserah kepada Allah SWT. Bisa secara langsung, bisa juga melalui perantaraan makhluk lain, seperti malaikat, jin muslim, atau orang biasa, sesuai kapasitas orang yang meminta atau kadar kebutuhannya,” kata Kiai Suhar.
“Lha wong bantuan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam Perang Badar saja melalui ribuan malaikat yang turun berduyun-duyun. Sedangkan jika tirakatnya tidak karena Allah SWT, pasti yang membantu ya setan,” ujarnya. Karena itu, ia berpesan agar umat Islam tidak gampang tergoda memiliki khadam (pembantu) berupa jin. “Selain hal itu tidak dibenarkan agama, minta pertolongan kepada bangsa jin risikonya sangat berat. Jika tidak kuat, bukan tak mungkin jin itu justru akan mengganggu mental atau keluarga dan keturunannya,” katanya lagi.

Menurut Kiai Suhar, ilmu hikmah berupa “tenaga dalam” berbasis Asmaul Husna sesungguhnya untuk melengkapi keterbatasan ilmu silat. Ilmu silat sebagai sarana untuk mengolah energi dalam tubuh manusia dilakukan dengan latihan olah napas. Untuk mengatasi keterbatasan fisik tersebut, ilmu bela diri harus diperkuat dengan zikir dan doa. Sementara, untuk mengantisipasi kecelakaan dalam latihan, seorang pendekar harus membekali diri dengan ilmu pengobatan, seperti ilmu pijat, ramuan tradisional, atau rangkaian doa-doa syifa’ (pengobatan) yang diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui para ulama ahli hikmah.


Pendekar Andalan Nahdlatul Ulama' "GUS MA'SHUM"

Dia juga mampu berputar cepat diatas piring tanpa pecah laksana gangsing, padahal waktu itu dia belum mahir ilmu silat.

Sejak kecil Gus Maksum sudah gemar lelaku batin dan belajar pencak silat sehingga ketika beranjak dewasa dia lalu melanglang buana ke beberapa daerah di pulau Jawa untuk berguru ilmu silat dan kanuragan. 

Selain menguasai banyak aliran silat dengan sempurna, dia juga memiliki banyak kemampuan linuwih lainnya. Sehingga namanya identik dengan dunia persilatan, tenaga dalam, dan pengobatan.

Konon Gus Maksum juga pernah melempar seekor kuda seperti melempar sandal padahal waktu itu bobot angkatan beliau tidak lebih dari 20 kilogram.

Kisahnya terjadi saat Gus Maksum masih remaja, saat itu dia membantu salah seorang familinya untuk memasang sapi bajakannya. 

Ketika hendak memasang tiba-tiba sapi itu mengamuk dan dengan cepat dan kuat menerjang kearah dada Gus Maksum. 

Dengan refleks dia menangkis sehingga apa yang terjadi membuat semua orang yang melihatnya heran karena sapi itu terpelanting beberapa meter jauhnya. 

Saat kecil, dia belajar agama pada orangtuanya, KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Masuk SD Kanigoro (1957), lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya banyak diisi dengan pengajian-pengajian di Pesantren Lirboyo.   
 
Namanya juga sempat terdengar ke seluruh pelosok daerah ketika menjabat Komando Penumpasan PKI dan antek-anteknya di wilayah Kediri dan sekitarnya.  

Salah satu kisah yang menunjukan karomah Gus Maksum adalah ketika bentrok dengan orang-orang PKI di alun-alun Kediri. 

Gus Maksum yang waktu itu sangat muda usianya mampu mengalahkan belasan orang-orang PKI sendirian.

Setiap bacokan dan tebasan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuh dia. Bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya. 

Kalaupun ada yang sampai mengenai tubuh dia, senjata-senjata itu tak ada satupun yang melukainya.

Dalam pertarungan itu Gus Maksum bukan hanya menggunakan olah kanuragan tapi juga dengan olah batinnya.

Setiap bacokan dan tebasan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuh dia. Bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya. 

Kalaupun ada yang sampai mengenai tubuh dia, senjata-senjata itu tak ada satupun yang melukainya.

Dalam pertarungan itu Gus Maksum bukan hanya menggunakan olah kanuragan tapi juga dengan olah batinnya.

Gus Maksum juga dikenal dengan penampilan nyentriknya karena berambut gondrong, jenggot dan kumis panjang. 

Dia juga bersarung setinggi lutut, memakai bakiyak, berpakaian seadanya, dan tidak makan nasi. Sikapnya tegas. Karena itulah namanya banyak digandrungi anak-anak muda NU.

Penampilan Gus Maksum dengan rambut gondrongnya bukan sekedar gaya atau hobi semata. 

Tetapi rambut gondrongnya itu merupakan sebuah ijazah yang didapat dari gurunya yaitu Habib Baharun Mrican Kediri, hasil dari pengamalan itu sering terjadi keanehan-keanehan terkait dengan rambutnya. 

Diantaranya rambut Gus Maksum bisa berdiri, bisa mengeluarkan api, serta tidak mempan dipotong.

Bukti daripada itu adalah, pada dekade 1970-an dia pernah terjaring razia rambut panjang. Namun terjadi keanehan, setiap kali aparat menggunting rambutnya, rambut itu tidak terpotong. 

Bahkan setiap gunting yang tajam beradu dengan rambut beliau selalu mengeluarkan percikan api.
 
Menanggapi kejadian tersebut dalam berbagai kesempatan Gus Maksum hanya berkata semua hanyalah kebetulan saja dan berkat pertolongan Allah SWT.

Sebelum mendirikan Pagar Nusa, kelebihan dan karomah Gus Maksum muda teruji ketika  diundang menghadiri pertandingan silat di Kediri Timur. 

Saat itu dia bertarung melawan pendekar silat dari berbagai macam aliran silat yang sudah berkumpul disitu. 

Karena telah memiliki bekal dan kemampuan yang terlatih sejak kecil Gus Maksum mampu mengalahkan puluhan pesilat sendirian. Bahkan lawan terakhir berhasil dikalahkan dengan sangat mudah peristiwa ini terjadi saat dia berusia 16 Tahun.

Gus Maksum juga terkenal dengan kemampuan olah batinnya ketika mampu mengalahkan, salah satu raja jin yang berdiam di tubuh salah seorang yang kesurupan.

Raja jin tersebut bernama Jin Dempul. Orang kesurupan tersebut berhasil disembuhkan Gus Maksum setelah Jin Dempul yang bersemayam di dalam tubuh orang itu berhasil ditaklukan. 

Gus Maksum pernah kedatangan tamu dari Semarang yang mengeluhkan kelakuan putranya yang suka mabuk-mabukan dan sering pergi ke lokalisasi.

Bahkan putranya sering mengancam akan membunuh orang tuanya. Karena sudah tak tahan melihat kelakuan putranya itu, dia pergi ke rumah Gus Maksum di Kediri, dengan harapan mendapat obat untuk mengobati prilaku anaknya.

Tapi yang diharapkan tidak dipenuhi Gus Maksum, dia hanya membuatkan sepucuk surat untuk dibawa pulang agar dibacakan kepada anaknya.

Walaupun orang tua itu bingung karena obat yang diharapkannya tidak diberi, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan Gus Maksum dengan menyampaikan surat itu kepada anaknya.

Dan begitulah setelah surat itu dibacakan kepada anaknya dalam waktu singkat kelakuan anaknya yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan perlahan berubah. Singkatnya kelakuan anak itu tidak lagi nakal seperti dulu.

Kelebihan lainnya dari Gus Maksum adalah saat NU masih menjadi partai sering bentrok dengan massa LDII dulu bernama Darul Hadits waktu itu termasuk underbow dari Golkar.

Suatu ketika massa LDII/Golkar berkonvoi melewati jalan depan Pesantren Lirboyo, saat itu Gus Maksum sedang menerima tamu.

Ketika arak-arakan itu sampai depan ndalem Gus Maksum, beliau langsung keluar karena mendengar bising suara knalpot dan klakson kendaraan yang memekakan telinga.

Melihat gelagat yang kurang baik ini secara reflek Gus Maksum mengacungkan jari telunjuknya kearah mereka.

Keajaibanpun terjadi dengan serta merta seluruh ban kendaraan yang mereka tumpangi bocor secara serentak. 

Karena bannya bocor rombongan konvoi itu tidak bisa melanjutkan arak-arakan.Akhirnya terpaksa mereka pulang dengan mendorong kendaraannya masing-masing.

Kelebihan ini juga terbukti ketika dia diundang pengajian di daerah Sragen Jawa Tengah pada 1999.

Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas tiba-tiba ada orang yang menikamnya untungnya Gus Maksum tidak terluka sedikitpun hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman, lalu pakaian itupun beliau simpan karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.

Gus Maksum juga disebut sebut kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi, sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.

Beliau juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan.Hal itu dilakukan karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan.

Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena dia  masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo).

Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet,karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad. Yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.

Diantara pengalaman Gus Maksum mengenai santet diantaranya dialaminya ketika menginap di Desa Wilayu, Genteng, Banyuwangi, sekitar jam setengah dua malam, saat  hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju kearah pahanya.

Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya.Ketika bola api itu sampai ke paha, dia cuma tanya. ”Banyol tha (mau bercanda ya?) seketika itu juga bola api itu melesat pergi ditengah kegelapan malam.

Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di Desa Kraton, Ranggeh saat Gus Maksum beristirahat, dia didatangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya.

Tapi usaha itu dibiarkannya saja, setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum. “Mau main-main ya, langsung saja kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.

Sebagai pentolan utama NU, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik NU, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi.

Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan bergabung dengan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.

Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Sumber :
-sachrony.wordpress
-saungwali.blogspot
-nahdhiyyin.blogspot
 
halaman ke-3 dari 5

Biografi KH. Abdullah Ma'shum Jauhari (Gus Ma'shum)

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM....

Riwayat Hidup dan Keluarga

Pondok Pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan ilmu agama dalam pengertian formal-akademis seperti sekarang ini, semisal Ilmu TafsirFikihTasawufNahwu ShorofSejarah Islam dan seterusnya. Pondok Pesantren juga berfungsi sebagai padepokan, tempat para santri belajar ilmu kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang tangguh, tegar dan tahan uji. Para kiainya tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kiai dulu adalah pendekar pilih tanding.Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren.Berkembangnya sistem klasikal dengan materi yang padat, ditambah eforia pembentukan standar pendidikan nasional membuat definisi pesantren kian menyempit, melulu sebagai lembaga pendidikan formal.
Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan dunia persilatan, tentu kita tidak asing lagi dengan Nama “PAGAR NUSA” yaitu ikatan pencak silat Nahdlatul ulama yang dididirikan pada tanggal 3 januari 1986 di pondok pesantren Lirboyo oleh para kyai-kyia NU dan sekaligus mengukuhkan Gus Ma’sum sebagai ketuanya.
Sebagai seorang kiai, Gus Maksum berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “jadug” di pesantren, Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya Gus Maksum memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.

Lahir

KH Maksum Jauhari lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, salah seorang cucu pendiri PP Lirboyo KH Manaf Abdul Karim.

Wafat

KH Maksum Jauhari wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga PP Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Pendidikan
Semasa kecil KH Maksum Jauhari belajar kepada orang tuanya KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat.Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan .

Sanad Keilmuan

Para Guru

Silsilah Keilmuan dari para Imam, Penerus Beliau, Murid dan Keturunan

Jasa dan Karya Beliau

Penumpasan PKI

Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI KH Maksum Jauhari menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif.

Mendirikan Pagar Nusa

Para ulama-pendekar merasa gelisah. H Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang gemar berorganisasi menemui KH Mustofa Bisri dari Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar. Mereka lalu bertemu dengan KH Agus Maksum Jauhari Lirboyo alias Gus Maksum yang memang sudah masyhur di bidang beladiri. Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan “dunia persilatan”. Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985 berkumpulah mereka di PP Tebuireng Jombang JombangJawa Timur, untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah JombangPonorogoPasuruanNganjukKediri, serta Cirebon, bahkan dari pulau Kalimantan pun datang. Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di PP Lirboyo KediriJawa Timur. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU dan Bangsa. Kontan para musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya. Pengukuhan Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahmad Sidiq.

Kisah Teladan Beliau

Karomah Kewalian

Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandraguna. Rambutnya tak mempan dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut Gus Maksum), mulutnya bisa menyemburkan api, punya kekuatan tenaga dalam luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal senjata tajam, tak mempan disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para pendekar aliran hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui Pagar Nusa.

Konser

Cerita tentang seorang kiai bukan saja jago mengaji ayat Alquran tetapi juga sakti bak pendekar silat, sungguh, bukanlah isapan jempol atau semata kisah sinetron dan film. Bukti itu bisa dilihat saat kelompok musik Kantata Takwa Samsara menggelar konsernya di Parkir Timur, Senayan, Senin malam, 6 Juli 1998.
Primadona grup musik yang dimotori pengusaha Setiawan Djody ini adalah Iwan Fals, yang kerap melantunkan syair lagu yang penuh muatan kritik sosial. Buktinya, massa penonton yang beringas itu kemudian merangsek ke atas panggung dan menyeret-nyeret -- sebetulnya berebut menyalami dan memeluk -- Iwan Fals, sehingga bekas pengamen jalanan itu pun kerepotan karena ternyata dia pun tak mampu meredam keberingasan massa itu. Apalagi massa lainnya kemudian juga melempar berbagai benda yang ada di sekitar mereka: botol plastik, kaleng minuman, dan lain-lain.
Di saat yang gawat itulah muncul KH Maksum Jauhari, kiai Nahdatul Ulama dari KediriJawa Timur, yang sehari sebelumnya mengikuti istigotsah kubro bersama para Nahdliyin di tempat yang sama. Dengan sekali sentakan tangannya, berbagai benda tadi jatuh ke tanah sebelum sempat menyentuh Iwan Fals dan kawan-kawannya di panggung: Setiawan DjodySawung JaboYockie Suryoprayogo, penyair Rendra, dan lain-lain. Bukan hanya itu, massa yang kain brutal itu pun terjengkang ke tanah bak dihempas sabetan topan. Dan, sungguh, semuanya bukanlah adegan film yang penuh trik macam yang diperankan Jet Li dalam berbagai sekuel Once Upon Time in China itu.
Sesungguhnya, kiai nyentrik -- karena suka berpakaian "semau gue" ini tidak berencana mengeluarkan aji-aji kesaktiannya. "Aku tahu, risikonya berat," kilah pengasuh PP LirboyoKediri, ini dalam dialek Jawa Timur yang kental.
Hanya karena dia ngenes melihat Iwan yang ditarik-tarik massa hingga tidak berdaya itu, maka dengan terpaksa dia keluarkan ilmu tenaga dalamnya: tanpa menyentuh, orang-orang pun terjungkal. "Mana aku tega mendiamkan orang-orang mengusik Iwan di depan mataku sendiri. Padahal aku tahu pasti, Iwan berusaha menenangkan penggemarnya. Eh, mereka malah nekat, nggak peduli dan terus memaksa Iwan Fals," kisahnya.
Sejak awal kerusuhan sebisa mungkin Gus Maksum mencoba menenangkan massa. Dibujuknya massa agar ikut melafalkan shalawat. Karena bujukannya tidak digubris, dan massa terus merangsek, Pak Kiai berteriak lantang, "Silakan maju, kalau berani! Aku juga wong Arek yang bisa memecahkan kepala kalian!"
Ucapan itu -- mungkin tak terdengar -- dianggap angin lewat. Massa tambah beringas dan terkesan balik menantang. Maka, ya… begitu itulah, tenaga dalamlah yang lantas bicara.
Menurut Pak Kiai yang berambut gondrong ini, sebetulnya dia pantang mengeluarkan ilmunya. Katanya, itu sama saja dengan melanggar kesepakatannya dengan gurunya. "Tapi karena waktunya terdesak, masa aku pasrah. Ya, itung-itung bela diri," ucapnya sambil tertawa dan mengelus-elus jenggotnya yang panjang. Dia mengaku, esoknya badannya menjadi pegal. "Mungkin aku juga kualat, karena seharusnya tak perlu mengeluarkan jurus jitu," sambungnya terkekeh.
Bukan sekarang ini saja dia mengeluarkan rapalannnya. Dua tahun sebelumnya, saat pesantrennya disatroni orang yang mencurigakan, orang yang menyatroni itu itu pun terpental karena sabetan tangan KH Maksum Jauhari.
Eh, omong-omong, siapa sih guru Pak Kiai? Awalnya, dia menggeleng, sebelum kemudian berbisik perlahan, "Guruku Gusti Allah."



KISAH & FENOMENA

Setiap orang pasti memiliki kelebihan pada dirinya,hal ini juga terdapat pada figure seorang Gus Maksum,kisah-kisah berikut ini adalah berdasarkan fakta yang diceritakan langsung oleh beberapa nara sumber baik yang ikut bersama Gus Maksum maupun yang melihat langsung kejadian-kejadian itu.Fenomena-fenomena keluarbiasaan ini disangkalnya tatkala dikonfirmasi kepada beliau ketika masih hidup.Beliau selalu mengatakan bahwa kejadian-kejadian yang dialaminya itu semata-mata hanyalah atas izin dan pertolongan Allah tidak lebih dari itu.


Keistimewaan sejak kecil
Keistimewaan-keistimewaan Gus Maksum sudah tampak sejak kecil.pada waktu itu Gus Maksum kecil mampu melompat melayang dari satu tiang ketiang yang lainnya di masjid Kanigoro, ia juga mampu berputar cepat diatas piring tanpa pecah laksana Gangsing,padahal waktu itu ia belum mahir ilmu silat.
Gus Maksum kecil juga pernah melempar seekor kuda seperti melempar sandal.padahal waktu itu bobot angkatan beliau tidak lebih dari 20 Kg.
Dimasa remaja Gus Maksum pernah membantu salah seorang familinya untuk memasang lembu bajakannya.ketika hendak memasang tiba-tiba lembu itu mengamuk dan dengan cepat dan kuat menerjang kearah dada Gus Maksum.dengan reflex beliau menangkis dan berbalik menerkam,dan apa yang terjadi membuat semua orang yang melihatnya heran karena lembu itu terpelanting beberapa meter jauhnya,menanggapi kejadian tersebut Gus Maksum hanya berkata semua hanyalah kebetulan saja dan berkat pertolongan Allah SWT.


Rambut tidak mempan dipotong / Kyai Gondrong
Penampilan Gus Maksum dengan rambut gondrongnya bukan sekedar gaya atau hobi semata.Tetapi Rambut Gondrongnya itu merupakan sebuah ijazah yang didapat dari guru beliau yaitu Habib Baharun Mrican Kediri,hasil dari pengamalan itu sering terjadi keanehan keanehan terkait dengan rambut beliau ini,seperti rambut beliau bisa berdiri,bisa mengeluarkan api,serta tidak mempan dipotong.
Bukti daripada itu adalah,pada decade 1970-an beliau pernah terjaring razia rambut panjang.namun terjadi keanehan,setiap kali aparat menggunting rambutnya,rambut itu tidak terpotong bahkan setiap gunting yang tajam beradu dengan rambut beliau selalu mengeluarkan percikan api.Kejadian ini pernah dimuat di harian republika.

Menaklukan Jin
Berbicara tentang Gus Maksum orang awam biasanya akan langsung berasosiasi tentang jin,tapi apakah benar Gus Maksum memelihara jin seperti banyak diperbincangkan orang?
Anggapan ini tidaklah benar,yang benar Gus Maksum tidak pernah memelihara jin,tapi kalau beliau sering menaklukan jin yang mengganggu itu memang benar,Gus Maksum pernah menaklukan Patihnya jin namanya Jin Dempul ketika Gus Maksum menolong orang yang kesurupan,orang tersebut berhasil disembuhkan Gus Maksum setelah jin didalam tubuh orang itu berhasil ditaklukan.

Menghadapi puluhan orang sendirian
Salah satu kisah yang menunjukan keberanian Gus Maksum adalah ketika beliau harus bentrok dengan orang-orang PKI di alun-alun.Gus Maksum yang waktu itu sangat muda usianya mampu mengalahkan mereka semua.
Dalam pertempuran itu Gus Maksum bukan hanya menggunakan olah kanuragan tapi juga dengan olah batinnya.

Peristiwa lain ketika Gus Maksum diundang menghadiri pertandingan silat di Kediri Timur,saat itu beliau bertarung melawan pendekar silat,jago duel dari berbagai macam aliran silat yang sudah berkumpul disitu.Karena telah memiliki bekal dan kemampuan yang terlatih sejak kecil Gus Maksum mengalahkan puluhan pesilat sendirian,Bahkan lawan terakhir berhasil dikalahkan dengan sangat mudah peristiwa ini terjadi saat usia beliau 16 Tahun.
Dan itulah peristiwa paling dramatik membuat para pendekar lainnya harus mengakui kemampuan Gus Maksum di dunia persilatan

Ban bocor hanya dengan acungan jari
Saat NU masih menjadi partai massa NU sering bentrok dengan massa LDII dulu bernama Darul Hadits waktu itu termasuk underbow dari GOLKAR,suatu ketika massa LDII/Golkar berkonvoi melewati jalan depan Pesantren Lirboyo,saat itu Gus Maksum sedang menerima tamu.
Ketika arak-arakan itu sampai depan ndalem Gus Maksum,beliau langsung keluar karena mendengar bising suara knalpot dan klakson kendaraan yang memekakan telinga.Melihat gelagat yang kurang baik ini secara reflek Gus Maksum mengacungkan jari telunjuknya kearah mereka.keajaibanpun terjadi dengan serta merta seluruh ban kendaraan yang mereka tumpangi bocor secara serentak,karena bannya bocor rombongan konvoi itu tidak bisa melanjutkan arak-arakan.Akhirnya terpaksa mereka pulang dengan mendorong kendaraannya masing-masing.

Tidak mempan senjata tajam
Hal ini terbukti saat beliau melawan orang-orang PKI dahulu.Setiap Bacokan dan tebasan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuh beliau,bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya.kalaupun ada yang sampai mengenai tubuh beliau,senjata-senjat tak ada satupun yang melukai beliau.
Keistimewaan ini juga terbukti ketika beliau di undang pengajian di daerah Sragen Jawa Tengah pada tahun 1999,Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas tiba-tiba ada orang yang menikamnya Untungnya Gus Maksum tidak terluka sedikitpun hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman,lalu pakaian itupun beliau simpan karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.

Tidak mempan di santet
Kalau bicara santet,banyak sekali pengalaman yang beliau dapatkan,Hampir semua aliran ilmu santet di kenalnya,dan sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi,sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.Beliau juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan.Hal itu dilakukan karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan.
Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir,karena beliau juga masih keturunan Kiai Hasan Besari (ponorogo).Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet,karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad,yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.

Diantara pengalaman Gus Maksum mengenai santet diantaranya dialaminya ketika menginap di desa Wilayu,Genteng,BanyuWangi,sekitar jam setengah dua malam,saat beliau hendak istirahat,tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju kearah pahanya.Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya.Ketika bola api itu sampai ke paha,Beliau Cuma Tanya”Banyol tha (mau bercanda ya?) seketika itu juga bola api itu melesat pergi ditengah kegelapan malam.
Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya,ketika bermalam didesa Kraton,Ranggeh saat Gus Maksum beristirahat,beliau di datangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya,tapi usaha itu dibiarkannya saja,setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum “mau main-main ya? Langsung saja kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.

Surat sakti
Gus Maksum pernah kedatangan tamu dari semarang yang mengeluhkan kelakuan putranya yang suka mabuk-mabukan dan sering pergi kelokalisasi, bahkan putranya sering mengancam akan membunuh orang tuanya.Karena sudah tak tahan melihat kelakuan putranya itu,ia pergi kerumah Gus Maksum di Kediri,dengan harapan mendapat obat untuk mengobati prilaku anaknya.Tapi yang diharapkan tidak dipenuhi Gus Maksum,Beliau hanya membuatkan sepucuk surat untuk dibawa pulang agar dibacakan kepada anaknya.
Walaupun orang tua itu bingung karena obat yang di harapkannya tidak diberi,ia tetap melakukan apa yang diperintahkan Gus Maksum dengan menyampaikan surat itu kepada anaknya,Dan begitulah setelah surat itu dibacakan kepada anaknya,dalam waktu singkat kelakuan anaknya yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan perlahan berubah.Singkatnya kelakuan anak itu tidak lagi nakal seperti dulu.

Gus Maksum wafat di Kanigoro pada tanggal 21 Januari 2003, Tahun ketika Persik Kediri menjadi Juara kasta tertinggi Liga Indonesia setelah menghajar tim-tim kuat dengan skor telak. Stadion brawijaya terkenal angker terhadap tim lawan Persik sering dihubung-hubungkan orang dengan kharisma beliau.

Jenazah Gus Maksum dimakamkan di pemakaman keluarga, sebelah barat masjid lama Ponpes Lirboyo. Meninggalkan perguruan silat yang kini semakin banyak anggotanya di seluruh Indonesia. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah menjadi pahala yang tidak putus-putusnya di alam kubur dan menjadi suri tauladan untuk kita semua. Amin ya Rabbal Alamiin

Apa Itu Pagar Nusa ?

Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa (PSNU Pagar Nusa)

Sejarah Berdirinya Pencak Silat NU PAGAR NUSA

Sejak jaman dahulu, di lingkungan Pesantren  NU, terdapat banyak sekalialiran silat; baik aliran silat yang ada diJawa timur, Jawa barat, Jawa tengah,Banten, silat Betawi, silek Minang, silat Mandar, Silat Mataram, dan lain lain. Karena beragamnya aliran silat tersebutmaka dibentuklah PAGAR NUSA sebagai wadah perkumpulan perguruan pencak silat dibawah naungan NU.
Wadah ini tetap membuka keragaman dan memberi keluasaan pada tiap-tiap perguruan untuk mengembangkan diri dan mempertahankan cirri khasnya masing-masing. Artinya walaupun ada perbedaan namun tetap satu saudara. Maka tak heran jika sekarang ini kita mengenal ada: Pagar Nusa Gasmi, Pagar Nusa Batara Perkasa, Pagar Nusa Satria Perkasa Sejati (Saperti), Pagar Nusa Nurul Huda Pertahanan Kalimah Syahadat (NH Perkasa), Pagar Nusa Cimande Kombinasi, Pagar Nusa Sakerah, Pagar Nusa Tegal Istigfar, Pagar Nusa JPC, Pagar Nusa Bintang Sembilan, Pagar Nusa Sapu Jagad, dll.
1.      Gus Maksum dan Berdirinya GASMI
Rasa keprihatinan Gus Maksum atas berkembangnya konflik dimasyarakat antara kaum muslim dan golongan komunis, mendorong beliau melakukan training-training pencak silat. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan bisa menjadi bekal bagi masyarakat terhadap ancaman teror dari PKI yang semakin brutal.  Seiring waktu, berbagai kelompok training pencak silat tersebut disatukan dalam sebuah perguruan yangdiberi nama GASMI (Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia). GASMI resmi berdiri di Pondok pesantren Lirboyo pada tanggal 11 Januari 1966.
Gasmi berdiri sebagai tandingan atasberkembangnya LEKRA (LembagaKebudayaan Rakyat) yang bergerak dibawah naungan PKI (Partai KomunisIndonesia).  Gus Maksum memandang ini penting karena LEKRA adalah otak dibalik setiap aksi provokasi, sabotase,teror dan hal-hal yang meresahkan masyarakat lainnya. Menghadapi aksi LEKRA ini, beliau mengatakan “Ada Aksi ada Reaksi.  LEKRA beraksi GASMIBereaksi, Amar ma’ruf nahi mungkarharus selalu ditegakan!”.
Bentuk-bentuk perjuangan Gasmi pada periode awal diantaranya adalah dakwah menguasai masjid-masjid dengan latihan-latihan silat dan pengajian yang dikemas dalam latihan silat, mengadakan berbagai “Open Bar” atau “Pencak Dor”, yaitu sebuah panggung terbuka setinggi 2 meter untuk pertandingan beladiri yang melibatkan berbagai kalangan untuk bertarung secara ‘jantan dan ksatria’, maupun penanganan secara langsung terhadap “aksi sepihak” yang dilakukan oleh PKI terhadap masyarakat sipil. Baru setelah situasi keamanan mulai kondusif, pada tanggal 14 januari 1970 GASMI secara resmi didaftarkan pada Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Dari lahirnya GASMI inilah Gus Maksum kemudian terinspirasi untuk menyatukan berbagai macam aliran silat yang ada di NU secara lebih luas lagi. Dimulai dengan merangkul perguruan silat tradisional lokal eks. Karesidenan Kediri seperti Jiwa Suci milik pesantren Al M’aruf Bandar Lor kediri, PORSIGAL(Perguruan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat), sebuah perguruan silat tradisional Blitar, Asta Dahana, sebuahperguruan silat Kediri. dan beberapa perguruan silat lokal lainnya.
2.      Gagasan PAGAR NUSA
Disisi lain, pada suatu pertemuan KH. Mustofa Bisri Rembang menceritakan kepada Prof. Dr. KH. Suharbillah Surabaya tentang semakin surutnya dunia persilatan di halaman pesantren. Hal ini ditandai dengan hilangnya peran pesantren sebagai Padepokan Pencak Silat. Sejak jaman walisongo kyai-kyai pesantren adalah juga pendekar yang mengajarkan ilmu pencak silat dipesantrennya masing-masing. Namun seiring waktu, kenyataan tersebut mulai hilang. Terutama disebabkan semakin padatnya jadwal pendidikan pesantren karena orientasi penerapan standar pendidikan modern.
Padahal diluar pesantren aneka ragam perguruan silat tumbuh semakin menjamur. Mereka menggunakan pencak silat sebagai misi pengembangan agama dan kepercayaannya masing-masing. Dan perguruan-perguruan silat yang sebenarnya bersifat lokal ini, diantara mereka saling merasa paling kuat. Sehingga tak jarang terjadi bentrokan diantara mereka. Dan yang merasa kalah kuat akhirnya berguguran dan kemudian hilang dari peredaran. Karena kenyataan tersebut, KH. Mustofa Bisri kemudian menyarankan KH. Suharbillah untuk menemui KH. Abdullah Maksum jauhari di Lirboyo Kediri untuk menggagas persoalan ini.
Kegelisahan serupa juga dirasakan oleh KH. Syansuri Badawi Tebu Ireng. Beliau menyayangkan maraknya tawuran antar pengikut perguruan silat yang meresahkan masyarakat, terutama dikawasan kabupaten Jombang dan sekitarnya. Kemudian Kyai Sansuri berinisiatif  menemui PWNU Jawa Timur yang pada waktu itu diketuai oleh KH. Hasyim Latif untuk menyampaikan masalah di masyarakat tersebut.
Selanjutnya, KH. Hasyim Latif mengutus sekretaris PWNU Jawa Timur KH. Ghofar Rahman, Ketua Lembaga Ma’arif  KH. Ahmad Buchori Susanto dan Prof. Dr. KH Suharbillah, SH. LLT.  untuk menemui KH. Abdullah Maksum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Maksum di pesantren Lirboyo Kediri. Dalam pertemuan di Lirboyo ini disepakati bahwa akan dibentuk sebuah wadah pencak silat yang menaungi seluruh aliran pencak silat dilingkungan Nahdlatul Ulama. Dan Gus Maksum yang sudah terkenal sebagai ahlinya pencak silat diminta untuk menjadi ketua umumnya nanti jika sudah terbentuk wadah tersebut.
Pertemuan berikutnya untuk menggodok konsep wadah pencak silat NU tersebut berlangsung  di Pesantren Tebu Ireng pada 12 Muharram 1406 atau bertepatan dengan 27 september 1985. Pertemuan ini dihadiri beberapa pendekar antara lain: KH. Abdullah Maksum Jauhari Lirboyo, KH.Abdurahman Ustman Jombang, KH.Muhajir Kediri, H. Athoillah Surabaya, Drs.Lamro Azhari Ponorogo, Timbul JayaLumajang, KH. Ahmad Buchori Susanto dan  Prof. Dr. KH Suharbillah, SH. LLT. dan beberapa pendekar lainnya dari Cirebon, Kalimantan, Pasuruan dan Nganjuk. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan antara lain :
a.       Fatwa Ulama KH.Syansuri Badawi bahwa,”Pencak Silat Hukumnya boleh dipelajari asal dengan tujuan perjuangan”.
b.      Dibentuknya suatu Ikatan bersamauntuk mempersatukan berbagai aliran silat dibawah naungan NU.
3.      Berdirinya Pagar Nusa
Mengacu pada Surat Keputusan Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat NU yang disahkan pada 10 Desember 1985 dan berlaku sampai dengan tanggal 15 januari 1986, maka diadakanlah pertemuan lanjutan di pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal 3 Januari 1986. Pertemuan itu dihadiri oleh pendekar-pendekar dari Ponorogo, Jombang, Kediri, Nganjuk, Pasuruan, Lumajang, Cirebon dan Kalimantan. Dan beberapa perwakilan  PWNU Jawa Timur diantaranya KH. Ahmad Bukhori Susanto dan Prof. Dr. KH. Suharbillah, SH. LLT. Musyawarah di Pesantren Lirboyo ini sekaligus menandai lahirnya Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Nama itu diciptakan oleh KH. Mujib Ridlwan dari Surabaya. KH. Mujib Ridlwan adalah putra KH. Ridlwan Abdullah pencipta lambang NU.
Sebagai embrio sebelum terbentuknya kepengurusan nasional, maka dibentuklah susunan kepengurusan Wilayah Jawa Timur sebagai berikut:
Ketua Umum                            : KH. Abdullah Maksum Jauhari
Sekretaris                                 : KH. Drs. Fuad Anwar
Ketua Harian                            : KH. Drs. Abdurrahman Ustman
Ketua I                                     : Prof. Dr. KH. Suharbillah, SH. LLT
Sekretaris I                               : Drs. H. Kuncoro
Sekretaris II                             : Lamro Azhari
4.      Terbentuknya Kepengurusan Nasional
Untuk membentuk kepengurusan Pagar Nusa ditingkat nasional, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuat surat pengantar kesediaan ditunjuk sebagai pengurus pagar nusa. Surat pengantar tersebut ditanda tangani oleh Ketua Umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH. Ahmad Siddiq. Tanda tangan KH. Ahmad Siddiq ini merupakan tanda tangan terakhir beliau.
Setelah itu, pada tahun 1989 Musyawarah Nasional I direncanakan terselenggara di Pesantren Zainul Hasan, Genggong Probolinggo. Rencana ini mengacu pada surat kesediaan ditempatiyang di tanda tangani oleh KH. Saifurrizal. Rupanya tanda tangan beliau tersebut juga tanda tangan yang terakhir. Musyawarah Nasional yang akhirnya terselenggara pada 1989 diadakan MUNAS Pagar Nusa yang ke1 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kraksaan, Probolinggo. Dihadiri pendekar silat NU seluruh Nusantara, Munas itu mengangkat Langsung KH.M.Abdullah Maksum Jauhari sebagai ketua umum pertama Pagar Nusa, dan Prof.Dr. H.Suharbillah sebagai ketua Harian dan SekJen H. Kuncoro (H.Masyhur).
5.      Makna dan Peran Pagar Nusa
Pagar Nusa merupakan akronim dariPagar NU dan Bangsa. PSNU Pagar Nusa adalah satu – satunya wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama’ berdasarkan keputusan Muktamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama’ yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga-lembaga NU lainnya. Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak silat atau beladiri lainnya. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain-lain merupakan bidang garapan bagi lembaga ini.
6.      Sikap Jati diri Pagar Nusa
Jati diri Pagar Nusa sama dengan jati diri NU itu sendiri, yaitu: 1.  Ukhuwah Pagar Nusa Artinya Persaudaraan tanpa membedakan aliran dan perguruan silat di Pagar Nusa. Makanya di kenal dengan istilah “Bhineka Tunggal Ika”. Biarpun berbeda tapi tetap satu juga” berbeda aliran tapi tetap dalam satu ikatan pagar nusa. 2. Ukhuwah Nahdliyyah, artinya persaudaraan sesama NU yang tidak dibatasi oleh perbedaan Partai Politik dan latar belakang sosial. 3.  Ukhuwah Islamiyah, artinya persaudaraan sesama Islam tanpa dibatasi Perbedaan amaliyah seperti persaudaraan antara NU dan Muhammadiyah. 4. Ukhuwah Basyariah, artinya persaudaraan tanpa dibatasi perbedaan Kewarganegaraan atau perbedaan bangsa. 5. Ukhuwah Wathaniyah, artinya persaudaraan tanpa dibatasi Oleh perbedaan suku atau ras yaitu`”Bhineka Tunggal Ika “ biarpun berbeda tapi tetap satu, bangsa indonesia dan Mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia . 6. Ukhuwah Insaniyah, artinya memandang semua manusia sama dihadapan Allah SWT yang membedakan hanyalah ketakwaan saja.
7.      Simbol dan Arti Lambang PAGAR NUSA
Simbol PS NU Pagar Nusa berupa: 
a.       Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Rukun Islam dan Pancasila. Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan: “Islam itu didirikan atas lima hal: Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan” (HR Bukhori).
b.      Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola utama cara hidup warga Nahdlatul Ulama, yaitu: Iman, Islam, Ihsan.
c.       Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo, dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai kemuliaan. Firman Allah SWT : “Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku”. (QS.Yusuf : 4).Bintang terbesar mengisyaratkan adanya keharusan adanya kepemimpinan dalam Islam.
d.      Gambar Cabang / Trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas, tepat dibawah bintang terbesar, merupakan pengakuan sejarah bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama : Barang siapa memisahkan diri dari kelompoknya akan dimakan srigala.
e.       Bola Dunia tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama. yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.
f.        Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH
Yang berarti tidak ada yang mengalahkan kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahanBA sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum (am) bagi segala bidang kehidupan. Sedangkan secara khusus (khos) dengan mengambil i’tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol tersebut.
1)      Firman Allah :
a)      “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu” ( QS. Ali Imron : 160 ).
b)      “Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS. Al-Baqarah : 249)
c)      “Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah yang pasti menang”. (QS. Al-Maa-idah : 56).
g.       Warna  Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil (fisik) maupun immateriil (non fisik) dapat disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.
Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :
“Mereka itulah bagi mereka surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah”. (QS.Kahfi : 31).
Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih”. ( QS Al-Insan 21). 
8.    Visi dan Misi
1)      Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama’ah dengan asas organisasi Pancasila.
2)      Pagar Nusa mengusahakan: Berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan negara kesatuan Republik Indonesia yang ber-Pancasila.
3)      Pagar Nusa mengusahakan: Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya.
9.    Anggota
Keanggotaan diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu warga Nahdlatul Ulama’ : Mulai kanak – kanak sampai sesepuh (batasan usia). Dari yang belum mengenal pencak silat sampai yang mahir (batasan kemampuan). Sistem penjenjangan anggota dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan
10.     Perangkat Pagar Nusa
Disamping Struktur kepengurusan, Pagar Nusa memiliki perangkat organisasi yang dibentuk hanya ditingkat pusat sbb :
1)      Dewan Besar Guru Khos
Yaitu Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi rujukan terakhir bagi keputusan-keputusan penting dan merupakan back up utama PSNUPagar Nusa.
Dewan Besar Guru Khos pada periode awal antara lain :
-         KH. ABDULLAH FAQIH
-         KH. HABIB JAKFAR
-         KH. ABDULLAH ABBAS
-         KH. M.A. FU’AD HASYIM
-         KH. HABIB LUTFI
-         KH. MUSLIMIN IMAM PURO
-         KH. SUFYAN
-         KH. KHOTIB UMAR
-         KH. MASDUQI MAHFUDZ
2)      Dewan Guru Khos
Dewan ini terdiri dari Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan kesuksesan LPSNU Pagar Nusa.
Dewan Guru Khos pada periode awalantara lain :
-         KH. R. KHOLIL AS’AD
-         KH. SYAIFUL ISLAM
-         KH. AGUS HALIM
-         KH. SA’DAN MAFTUCH
-         KH. ALY MASHURI
-         KH. ROFI’I
-         KH. ABDULLAH
-         KH. SU’UD IBRAHIM
-         KH. AGUS BUSTOMI
-         KH. NURKHOLIS
3)      Dewan Khos
Dewan ini merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan merumuskan segala hal yang berkaitan dengan pencak silat dan beladiri untuk kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional. Dewan ini juga merupakan back up langsung jembatan penghubung antara orang-orang khusus (khos) dengan kepengurusan secara operasional.
Dewan Khos pada periode awalantara lain :
-         PROF. DR. H. SUHAR BILLAH, SH.MBA
-         KH. IMAM FAUZI
-         DRS. H. HUSNAN SANUSI
-         DRS. SUNOTO
-         H. TIMBUL WIJAYA
-         ZAINAL SUWARI
-         KH. KHOIRUL ANAM
-         DRS. MAHSUN
-         KH. SU’UDI BAGIYONO
-         H. AFANDI MAS’UD
-         MUJAHIDIN
4)      Pasukan Khos
Adalah orang – orang khusus yang memiliki keahlian tertentu yang terjun langsung di lapangan.
5)      Pasukan Inti (PASTI)
Pasukan ini dibentuk dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan keorganisasian dan kemasyatan